Rabu, 24 Juni 2009

GAUL dg Mang Redi

Redi, nama Mamang yang sekarang sering jadi pembicaraanku dan jadi teman bicaraku tiap kali berangkat ke kantor ataupun sepulang kantor. Orang yang bekerja sebagai buruh tani dengan menggarap lahan-lahan garapan.

Hal yang mengagetkan adalah dengan potensi yang dia miliki seharusnya, ia mampu berada dalam kondisi hidup yang lebih layak dibanding kondisi sekarang. Penghasilan tidak menentu dengan beban hidup di Bekasi yang mungki sama dengan Jakarta, sangat sulit bagi dia untuk memiliki sesuatu yang lebih.

Sebuah awal perkenalan yang menarik bisa dekat dengan orang-orang seperti ini, yang mungkin adalah gambaran banyak orang disekitar kita yang memiliki kondisi yang sama. Type pekerja dan tidak kenal menyerah yang mungkin adalah salah satu gambaran karakter masyarakat Nusantara masih tergambar dalam dirinya. Tapi apa dikata pikiran belum terbuka membuat kemajuan adalah hayalan, pengetahuan yang terbatas menjadikan sulit untuk mengembangkan diri.

Kenapa tidak dibina? Kenapa tidak di berikan jalan? Ini kondisi yang sangat ironis mengingat letak dia berada sangat dekat dengan Ibu Kota. Sangat dekat dengan gedung-gedung pemerintahan di Negeri ini. Sebulan dua bulan bergaul semakin banyak yang bisa ku pelajari, dan terjadi interaksi yang mengasikkan. Pengetahuan yang didapat dari membaca buku pertanian, browsing internet, dan dari berbagai sumber di sharing dengan mereka.
Bukan hal yang mudah untuk meyakinkan dan memberikan sebuah wawasan baru untuk menjadi petani yang lebih baik. Harus dengan pembuktian-pembuktian dan aplikasi langsung.
Butuh waktu memang tapi akhirnya tetap bisa nyambung dan saling cerita dan saling menerima masukan tentunya. Saling percaya pun tumbuh secara alami.

Satu lagi pelajaran yang kudapatkan adalah ketidak mampuan atau mungkin bisa dibilang kecerobohan pengelolaan uang hasil panen menjadi faktor utama yang membuat sulit menghadapi tekanan ekonomi. Ternyata selidik punya selidik mereka butuh dituntun butuh diberikan pelajaran, butuh dibukakan wawasan. Dan itu coba kita bagi pengetahuan dan bukakan wawasan. Coba saja yang sederhana, jika dihitung hasil yang didapat dengan melakukan pengolahan tanah seluas yang dimiliki. Berpotensi untuk mendapatkan penghasilan sekitar 3 juta per bulan yang besarannya cukup diatas operator pabrik. Kenapa bisa demikian? Ini adalah pertanyaan besar yang harusnya bisa dijawab oleh banyak orang

Sekarang coba

Selasa, 23 Juni 2009

Semangat BASIL OIL

Semangat BASIL OIL

Semoga semua keberadaan tetap berlaku seperti adanya.

Basil Oil adalah minyak essensial dari daun Kemangi.

Sebuah tanaman yang sederhana, sedikit hama, mampu di tanam di mana saja.

Baik di dataran panas seperti Bekasi, maupun daerah berhawa dingin seperti
Bandung.

Hama tanaman yang pernah menyerang cuma ulat, itupun bisa hilang dengan
semprotan organic.

Jarang yang tertarik pembudidayaan besar-besaran, kecuali untuk di ambil
minyaknya. Rendemen cukup rendah, 0.24%.

Dari penyulingan di lab, 1000 gram dau kemangi (1 kg) di dapat minyak
kemangi 13 mililiter.

Atau 1 ton daun kemangi mendapatkan minyak 13 liter.

Jika 1 ton daun kemangi dijual ke pasar harganya antara 6 juta - 7 juta.

Bandingkan dengan 1 ton kangkung harga sekitar 2-3 juta.

Informasi yang saya dapat sementara ini bahwa,

Kemangi, setelah 2 bulan tumbuh, dia bisa di petik setiap 2 minggu.

Sampai dia berumur 5 bulan, asal bunga dan batang yang tidak produktif
selalu dipangkas.

Assumsi saya setiap 5 meter galengan di dapat 1 kg daun kemangi.

Jika lahan 1 hektar, galengan efektif adalah 7000 meter.

Berarti di dapat 1.2 ton tiap 2 minggu, terputus pada saat pembesaran.

Atau untuk lahan 2 hektar untuk 1.2 ton kontinyu.

Berarti lahan 10 hektar, potensial daun kemangi adalah 6 ton tiap 2 minggu
kontinyu.

Itu berarti 78 liter minyak essential kemangi setiap 2 minggu.

Atau 156 liter minyak setiap bulan (lahan 10 hektar).

Atau 15.600 ons setiap bulan (assumsi 1 liter = 1 kg = 100 ons)

Jika per ons adalah Rp 100.000 maka ada potensi omset 1.560.000.000 / bulan.

1.5 milyar / bulan dari lahan 10 hektar.

Mengerikan...

Andaikata analisa saya meleset 50%, masih ada 700 juta/bulan.

Jika demikian, saya sangat yakin, 400 jt adalah net profit.

Ah ha ha ha.

Bayangkan jika 30 hektar, 3 kali lipatnya, milyaran tiap bulan.

Jika demikian, saya akan minta ijin untuk lahan 1000 meter saja.

Untuk menyenangkan hati orang-orang yang suka "dunia di balik malam".

Eh he he he.

Minyak kemangi sangat penting untuk citarasa makanan gaya eropa, sebagai
aroma terapi dan obat-obatan.

Hal yang patut di pelajari jika tertarik si-minyak manis ini adalah:

1. Observasi tumbuhan kemangi, apa memang benar 5 meter mendapatkan 1
kg daun kemangi.
2. Observasi panjang tumbuh kembang tanaman kemangi.
3. Mempelajari penyulingan minyak kemangi lebih jauh.
4. Angka 13 mililiter / 1000 gram daun, itu observasi lab dengan 5x
pengulangan untuk mendapatkan angka itu.
5. Pengemasan dalam botol, seperti Nini lihat untuk keperluan Spa.
6. Pasar minyak essensial ini. Ayah mungkin bisa membantu. Search
dengan "basil oil".
7. Pak Nyoman Suma mungkin bisa membantu mencari tahu di LA sana. :-)
8. Saya akan cari tahu dari sepupu di jerman, siapa tahu dia tahu.
9. Adiknya Putu juga sering bepergian ke luar, mungkin ada potensi
market.


Salam,

Wayan

Rabu, 17 Juni 2009

FW: PERCOBAAN NANAM SAWI

Sawi lagi..

Bayangkan si-A dengan 5000 meter lahanya.

Mungkin 4000 bisa dimanfaatkan dengan tanam sawi.

Jika setiap 1 meter dapat Rp 3000 paling apes.

Berarti 12 juta /bulan. Biaya pupuk, bibit, obat dan transport 3 jt/bulan.

Gaji 3 juta / bulan. Masih ada 6 juta / bulan.

ATAU..

Agar si petani tidak kendur semangatnya.

Penggajian bisa dilakukan dengan sistim gaji/meter.

Gaji Rp. 600 / meter.

Jika si-A mengolah lahan sawi 4000 meter, maka dia mendapatkan gaji sebesar:

Rp 600 x 4000 = Rp 2.4 juta.

Semua kita terapkan system seperti itu.

Jika gagal panen akibat suatu hal. Berapa luasan gagal panen, misalnya 1000
meter.

Makan gajinya akan di potong sebesar Rp 600 x 1000 meter = Rp 600.000.

Resiko harus ditanggung bersama.

Jika lahan Mang Rebo 10.000 meter, di keroyok bertiga oleh MangRebo, Kardi &
Istri.

Gaji mereka sekaligus Rp 600 x 10.000 = Rp 6 juta/bulan, untuk mereka
bertiga.

Porsi gaji harus sesuai dengan porsi beban kerja. Beban kerja mereka bertiga
yang tahu.

Semakin banyak dia tanam, semakin besar pendapatannya tiap bulan.

Ukuran 10.000 meter, jika memang sawi efektif 10.000 meter tertanam.

Ongkos produksi bisa jadi Rp 500.000 / 1000 meter.

Jadi 10.000 meter perlu biaya Rp 5 juta.

Total Cost adalah 11 juta.

Nilai Sawi itu adalah 30 juta.

Masih ada 19 juta.

Penjualan setiap hari, dengan rincian:

- bensin mobil 1.5 juta/bulan

- gaji pedagang = 2 juta

- Total cost 3.5 juta.

Jadi jika lahan Cuma 1 hektar, masih ada profit bersih 30 - (11 + 3.5 ) =
13.5 juta/bulan.

Profit bersih 13.5 juta / bulan / hektar.

Perluasan Lahan sampai 5 hektar.

Jika ada lahan 50.000 meter, efektif lahan 45.000 meter.

Gaji petani untuk semua itu adalah Rp 600 x 45.000 meter = 27 juta.

Gaji karyawan lain mungkin sekitar 4 juta (2 orang)

BBM mobil : Rp 50.000 x 30 + depresesiasi 500.000 juta = Rp 2 juta / bulan

Produksi 500ribu/1000 meter akan menjadi : Rp 500.000 x 45 = Rp 22.500.000

Total produksi : 27.000.000 + 22.500.000 =Rp 49.500.000 (Rp 50 jt)

Value lahan sawi Rp 45.000 x 3000 = Rp 135 juta

Margin = 135 jt - 50 jt = 85 juta.

Ini assumsi pahit.

Jika assumsi pengharapan produksi normal 4 kg/meter,

dan harga pengharapan 2000 / Kg pasar Pulogadung dan Kelapa Gading

maka nilai lahan sawi berharga:

45.000 x Rp 8000 = Rp 360 juta / bulan.

Margin = 360 - 50 jt = 310 juta.

Jadi mesti ada usaha untuk menjual di tempat yang lebih baik dari pada pasar
Teluk Buyung.

Produksi Sawi dari 45.000 meter ini adalah 45.000 x 4 Kg = 180.000 Kg (180
Ton)/bulan.

Atau 6000 Kg/hari. Jadi setiap hari akan ada panen dari 1500 meter lahan
sawi.

Untuk membawa sayur 6 ton setiap hari, perlu 6 mobil.

6 Mobil berarti 6 orang tenaga penjual.

Gaji membengkang sampai 12 juta untuk tenaga pemasaran.

Paling Apes kahirnya penghasilan usaha adalah 250 juta/bulan.

Kenken ne..???

Apa potensi dari 2 hektar kolam Lele?

Kolam lele ukuran 3x3 meter - 3 buah atau (1 set) bisa menampung 6000
benih.

Kolam ini dianggap menempat 50 meter lahan.

Jika 2 hektar itu digunakan cuma 1.5 untuk pembesaran lele, 15.000 meter.

Maka di dapat 300 set kolam lele, dengan potensi benih 1.800.000 benih.

Mati 10% menjadi tersisa 1.620.00 lele.

Jika 7 ekor adalah 1 Kg, maka lele poruduksi adalah 230 ton/2 bulan, atau
3.8 ton/hari.

Karena penambahan lele ini harga kita anggap turun mejadi 8000 rupiah/kg.

Maka 3.800 Kg x Rp 8000 = Rp 30.400.000 / hari.

Cost produksi 50%, maka margin 15 juta / hari.

Biaya pembuatan kolam 300 set ini adalah:

15.000 meter x Rp 100.000 = Rp 1.5 milyar.

BEP selama 100 hari (3 bulan).

Tapi jika omset sebesar 30 jt/hari atau 900 juta/bulan.

Dengan pakan sebesar 450 juta/bulan.

Dengan margin sebesar 450 juta/bulan.

Ini tenaga kerja bisa sampai 10 orang.

Dengan gaji dan administrasi bisa sebesar 80 juta.

Margin bersih akan sekitar 300 juta/ bulan

Jadi tanah 5 hektar di pertanian = 2 hektar di perikanan

Dengan jumlah tenaga kerja yang hampir sama.

Mana yang di pilih?

Saya pilih 5 hektar pertanian dan juga 2 hektar perikanan.

Ah ha ha ha

Minimal 500 juta/bulan penghasilan usaha.

Nak ken-ken ne a.?

Hammer.. Ne.

"5 BELUM" Yang Menantang

Hampir sebulan kita bergelut dengan petani tanah garapan. Banyak hal
menarik telah kita diskusikan dan kita bicarakan dengan team dan penggarap.

Karena sekarang kita berada pada tahap pembelajaran dan study data
pengembangan maka banyak hal yang ditemukan tidak seperti hitungan diatas
kertas kita. Nah ini lah bagian yang menarik yang menjadi tantangan bagi
team, untuk mendekatkan bagian hitungan kertas dan kondisi aktual di
lapangan.

Kesulitan-kesulitan yang kita alami ada beberapa hal yaitu:

1. Belum mau mengubah kebiasaan pola tanam atau pola bertani mengikuti
cara atau pola yang kita inginkan (modern farming)
2. Belum terbiasa untuk dimanage
3. Belum ada kontrol cek untuk memudahkan pengawasan
4. Belum ada team khusus untuk menjual hasil pertanian
5. Belum adanya stock centre untuk bibit, pupuk, dan obat tanaman.

Lima point diatas mungkin juga dialami oleh petani-petani lainnya atau
pengusaha tani lainnya. Komponen tersebut kita sebut dengan istilah lima
BELUM. Lima BELUM ini menurut kita adalah komponen penting yang menjadi hal
utama yang perlu kita selesaikan atau kita siapkan untuk mengatur team
pertanian kita. Dengan cara yang masih gado-gado seperti sekarang saja kita
masih bisa take profit, apa lagi dengan diatur dan dibenahi mungkin akan
lain ceritanya.

Apa yang kami cobakan nanti dan apa yang kami formulasikan disini nanti
mungkin bisa digunakan untuk tempat lain. Kami akan selalu mencoba untuk
menuangkan ide-ide kami kepada petani di lingkungan kami. Tentu dengan
tujuan untuk saling menumbuhkan dan saling membangkitkan semangat menuju
pada proses pertanian yang lebih tertata, dan sudah tentu juga pada hasil
yang lebih baik

Udin

Selasa, 16 Juni 2009

KANKUNG AWAL IDE KAMI

KANGKUNG,

Jenis sayuran ini ditanam di kebun-kebun, dan sangat umum dimakan oleh masyarakat Indonesia. Ada yang disebut kangkung darat atau kangkung cabut dan ada juga jenis kangkung air. Biasanya sih kangkung diolah dengan dibuat tumis, plecing (Bali atau Lombok), sayur bumbu terasi, urap dan bentuk olahan lain.

Suatu waktu aku pergi di lahan garapan daerah Bekasi, dengan membawa pupuk organik (nanti akan kuceritakan). Ku lihat si Mamang yang ramah menyambutku dengan penuh keheranan, sebab dari matanya tampak tatapan aneh yang penuh selidik. Sangat aneh mungkin dalam bayangannya orang berpakaian kantor dengan membawa tas datang ke ladangnya.

Disana terjadi percakapan akrab ngalor ngidul dengan ujungnya saya minta tolong pada si Mamang agar mau mencoba pupuk organik pemberian teman saya. Saya ingin bukti lebih kongkrit tentang efek pupuk organik. Si Mamang dengan baik menerima permintaan saya dan siap menyebarkannya magrib nanti. Setelah itu komunikasi terus berlangsung, tiap sore saya mampir ke ladang garapan itu untuk menanyakan perkembangan. Hingga akhirnya diperoleh kesimpulan bahwa hasil tanaman Kangkung yang diberikan pupuk organik tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan cara standard petani yang mengandalkan pupuk kimia.

Kemudian dari pembicaran ke pembicaraan, dari ladang ke ladang, akhirnya si Mamang minta bantuan untuk mensponsori ladangnya. Wah menarik juga neh sekalian untuk membuktikan si Pupuk Organik ke arah yang lebih real. Maka dengan modal awal 250.000 saya jadi sponsor nya. Ternyata pertumbuhan dan hasil pertama tersebut jauh lebih baik, dari sisi iseng-iseng itu pun saya kaget duit 250.000 itu kembali ke saya 500.000. Wah kalau dari sisi bisnis udah 100% profit. Tapi kenapa petani disini keliatan masih kekurangan ya?

Kembali acara dari Ladang ke Ladang berlangsung hingga akhirnya si Mamang minta untuk disponsori total ladangnya. Itu pun saya setujui tapi dengan satu syarat bahwa semua cara tanam dan pola panen mengikuti cara saya, dan Mamang harus siap untuk terbang dari petani traditional turunan ke petani setengah modern. Setengah dulu sebelum full menjadi modern.

Berawal dari kangkung itulah akhirnya sekarang kami memiliki lahan garapan seluas 3,5 Ha. Yang kami garap masih dengan kombinasi kimia dan organik. Secara perlahan kami akan didik team kami untuk menjadi team organik haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa


Udin